Lutein Melindungi Mata si Kecil dari Bahaya Sinar Biru
Mata adalah jendela dunia. Melalui mata, kita mengenal dunia. Melalui mata pula, kita belajar banyak hal sehingga muncul ungkapan mata adalah jendela ilmu pengetahuan. Meski ukurannya kecil dibandingkan dengan organ tubuh lain, tak dapat disangkal betapa pentingnya fungsi mata, yakni fungsi penglihatan.
Mata manusia mengalami pertumbuhan dan
perkembangan. Bayi dan batita lebih banyak menggunakan mata untuk
belajar dan dengan demikian, banyak hal baru yang akan ia dapatkan.
Banyak hal di dunia ini yang dapat membahayakan fungsi penglihatan
diantaranya adalah sinar biru yang terdapat dalam sinar matahari. Hal
ini terjadi karena pada anak, penyaringan sinar biru belum seoptimal
pada orang dewasa. Perawatan yang baik terhadap organ satu ini dan
dukungan nutrisi yang tepat, diharapkan akan membantu menjaga fungsi
penglihatan. Lutein, adalah salah satu nutrisi yang dapat membantu
melindungi mata dari bahaya sinar biru.
Mengenal Mata dan Bagian-bagiannya
Tak kenal maka tak sayang. Ungkapan ini ada
benarnya, karena bila kita tidak mengenal mata lebih dekat, bagaimana
kita akan sepenuh hati merawatnya?
Mata berbentuk seperti sebuah bola kenyal yang
panjang saat usia dewasa dapat mencapai 24 milimeter.1 Bila diurut dari
luar ke dalam, maka bagian-bagian mata adalah
- Kelopak mata dan bulu mata yang berfungsi untuk melindungi mata dari debu dan keringat.
- Selaput bening mata atau kornea yang menutup bola mata di sebelah depan.
- Selaput bola mata atau sklera, merupakan selaput putih yang melapisi bola mata. Selaput ini yang memberikan bentuk bola mata.
- Tirai mata atau iris, bagian yang memberikan warna mata dan membentuk pupil.
- Manik mata atau pupil, bagian yang dibentuk oleh iris yang berfungsi seperti diafragma pada kamera.
- Lensa mata, bagian yang tembus cahaya dan berperan penting dalam pembiasan cahaya.
- Badan kaca atau korpus vitreus, merupakan bagian yang sebening kaca yang terletak antara lensa dan retina.
- Selaput jala atau retina, adalah bagian mata mengubah cahaya yang masuk menjadi sinyal listrik untuk kemudian diproses di otak. Dalam bagian ini terdapat makula yang berperan dalam tajam penglihatan, fovea yang merupakan bagian dengan tajam penglihatan terbesar, dan sel-sel batang serta kerucut yang bertanggung-jawab untuk melihat warna dan terang gelap.Lutein yang dikonsumsi akan menempati daerah makula di retina ini, tepatnya di lapisan terluar retina (lapisan pleksiformis terluar).
- Serabut saraf optik, yang berperan mengantarkan sinyal-sinyal listrik untuk diproses di otak, tepatnya di korteks visual.
Perkembangan Mata dan Penglihatan
Seiring dengan usia, mata terus mengalami
pertumbuhan. Ditandai dengan pematangan retina dan sel-sel batang dan
kerucut, terselimutinya serabut saraf optik dengan selaput mielin,
bertambahnya jumlah sinaps (persambungan sel-sel saraf) di korteks
visual, dan berkembangnya korteks visual.
Sedangkan perkembangan penglihatan akan mengalami
perubahan ke arah dewasa secara tepat. Pada setiap tingkat usia bayi,
akan terdapat perkembangan penglihatan tertentu, misalnya kemampuan
mengikuti objek yang bergerak saat usia 2 bulan, sempurnanya penglihatan
warna pada usia 4 bulan, hingga anak dapat mulai menjalanipemeriksaan
mata secara formal pada saat usia 4 tahun. Masa kritis dalam
perkembangan ini diduga pada usia sejak lahir sampai 6 bulan. Pada saat
ini, orangtua akan bertanya apakah penglihatan bayinya normal, dan tentu
saja, pada saat inilah, selaput jala atau retina harus berfungsi baik
agar selanjutnya dapat melihat dengan baik.
Sinar Biru (blue light)
Sinar matahari dapat merusak retina namun sangat
tergantung pada panjang gelombang, intensitas (kekuatan), dan lamanya
terpapar sinar tersebut. Sinar ultraviolet dan inframerah, diserap oleh
kornea dan lensa sehingga tidak dapat mencapai retina. Sinar yang dapat
mencapai retina berada di panjang gelombang antara 700 nm (sinar merah)
dan 400 nm (sinar biru) sehingga berpotensi merusak retina. Diketahui,
sinar biru merupakan sinar dengan panjang gelombang yang berbahaya yang
dapat mencapai retina.
Sebenarnya, seiring dengan usia, sinar biru dapat
diserap oleh mata, terutama akibat penguningan lensa. Sayangnya, pada
bayi dan anak-anak, kemampuan ini belum optimal karena lensa mereka
masih bening. Pada usia 0 hingga 2 tahun,70% – 80% sinar biru dapat
mencapai retina, berkurang menjadi 60% – 70% saat usia 2 sampai 10
tahun, hingga akhirnya hanya 20% sinar yang mencapai retina pada saat
usia 60 sampai 90 tahun. Hal ini menjadikan usia bayi dan anak-anak
adalah usia yang paling rentan terjadi kerusakan retina akibat sinar
biru.
Lutein, Nutrisi Pelindung Mata
Lutein tergolong karetenoid, bersama dengan
zeaxanthin termasuk kelas xantophil. Dari penelitian yang dilakukan oleh
Landrum, keduanya diketahui, merupakan satu-satunya karetenoid yang
terdapat di dalam jaringan tubuh manusia, yakni di mata. Konsentrasi
lutein dan zeaxanthin terbanyak terdapat di makula.Sedangkan Yeum dkk
menemukan bahwa keduanya juga terdapat di dalam lensa, meski dalam
jumlah yang lebih sedikit. Kemudian, Krinsky menyimpulkan bahwa lutein
dan zeaxanthin berperan penting pada kesehatan mata, yakni sebagai
antioksidan dan pelindung dari energi sinar biru. Serangkaian penelitian
telah dilakukan untuk membuktikan simpulan itu, diantaranya penelitian
terhadap primata yang memiliki makula mirip manusia. Setelah diberi
paparan laser sinar biru (476 nm), retina primata yang kurang mendapat
lutein dan zeaxanthin mengalami kerusakan lebih berat. Kemudian, mereka
diberi suplemen lutein dan zeaxanthin selama 22-28 minggu yang
memberikan hasil ternyata kerusakan yang timbul lebih kecil dibandingkan
sebelum mendapat suplemen.2 Lutein tidak hanya baik untuk bayi dan
anak-anak, tetapi juga memberikan manfaat bagi orang dewasa dengan
penyakit mata.
Sumber Lutein
Tubuh kita tidak dapat membentuk lutein sehingga
lutein diperoleh dari sayuran, buah-buahan, suplemen, dan ASI. Lutein
terutama banyak terdapat pada sayuran berwarna hijau tua misalnya bayam
dan hanya sedikit pada wortel. Sayangnya, sayuran bukanlah makanan
favorit bagi sebagian besar bayi dan anak-anak. Di Amerika Serikat,
hanya 10% anak berusia 4 bulan sampai 2 tahun yang makan sayuran hijau
minimal sekali sehari. Di Inggris, sebanyak 40% anak usia 2 hingga 6
tahun yang mengonsumsi sayuran kurang dari sekali sehari, sementara
lebih dari 30% dari mereka yang makan buah tidak setiap hari. Badan
Kesehatan Dunia (WHO) memerkirakan kombinasi konsumsi buah dan sayuran
anak-anak usia dibawah 5 tahun di Eropa berkisar 133gr/hari hingga
263gr/hari. Angka ini jauh dari rekomendasi WHO untuk konsumsi buah dan
sayuran untuk anak-anak yakni sekitar 400 gr atau 5 kali setiap hari.
Lutein tentu saja terdapat dalam ASI. Namun, sebuah
penelitian yang melibatkan 471 wanita di sembilan kota di seluruh
dunia, menunjukkan beragamnya jumlah kandungan lutein dan zeaxanthin
dalam ASI dan sangat tergantung dari konsumsi buah-buahan dan sayuran
selama kehamilan. Bayi yang tidak mendapat ASI dan mengonsumsi susu
formula ternyata tidak mendapatkan sumber lutein yang baik karena susu
formula tidak mengandung lutein.
Suplementasi lutein, dapat menjadi salah satu jalan
keluar. Penambahan lutein ke dalam makanan ataupun susu formula akan
membantu pemenuhan kebutuhan akan lutein. Sebuah penelitian menunjukkan
bahwa lutein dalam bentuk kristal murni, aman digunakan sebagai suplemen
makanan. Saat ini, telah ada susu formula yang telah diperkaya dengan
lutein, bahkan dengan jumlah yang mendekati kandungan dalam ASI.
Penambahan lutein dalam susu formula ini merupakan terobosan yang
dilakukan oleh Wyeth, produsen susu formula anak terkemuka. Diharapkan,
kebutuhan bayi dan anak-anak terhadap lutein akan tercukupi, sehingga
dapat melindungi mata si kecil dari kerusakan yang ditimbulkan oleh
sinar biru.
Referensi:
1.Ilyas S. Ilmu penyakit mata. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2003.
2.Wyeth Nutrition. Lutein learning system: anatomy and development of the eye.
3.The science behind lutein. Toxicol Lett. 2004 Apr 15; 150(1): 57-83
4.Wyeth Nutrition. Lutein learning system: nutrition and the eye.